SEMINAR PENDIDIKAN DAN SEJARAH

SEMINAR PENDIDIKAN DAN SEJARAH

 ”SEJARAH PERJUANGAN UMAT ISLAM INDONESIA”

Didalam seminar yang dilaksanakan Oleh Pesantren Tinggi Studi Bahasa Arab Al muttaqin Jepara

pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023

Beliau Dr. Mu’tasim Lidinillah, Lc. M.Si selaku Mudir Pesantren Tinggi Studi Bahasa Arab Al muttaqin Jepara menjadi Keynote Speaker didalam Acara Seminar tersebut dengan menyampaikan.

Sejarah masuknya islam ke tanah nusantara tidak bisa dipisahkan dari spirit yang pernah dibangun oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, dimana ketika peristiwa khutbah wada’ dipadang arofah nabi memberikan spirit dan motivasi yang mana diakhir khutbahnya beliau mengatakan ”Fal Yubaligh Asy Syahid Al Ghoib” hendaknya yang hadir pada kesempatan ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, dari motivasi inilah kemudian para sahabat dengan penuh semangat untuk mendakwahkan dan menyebarkan islam ke seantero belahan bumi, salah satunya adalah sahabat Sa’ad bin Abi Waqosh yang pergi kedaratan cina sehingga meninggal dan dimakamkan disana.

Tentunya masuknya islam kenusantara juga dengan motivasi dakwah Li Tahqiqi Ubudiyatillah untuk merealisasikan bentuk kesempurnaan didalam beribadah kepada Allah bukan sekedar mengembangkan wilayah teritorial, ataupun sekedar perluasan ekonomi perdagangan.

Dan juga kita ketahui bersama dengan datangnya penjajahan ketanah nusantara tidak lain tidak bukan didalamnya juga ada misi misionaris setidaknya hampir 3 abad lamanya. Sehingga dari sinilah kita tahu bangkit dan semangatnya umat islam pada saat itu didalam melawan penjajah bukan hanya sekedar menjaga dan juga mempertahankan wilayah teritorial dari serangan penjajah, akan tetapi dengan semangat juang untuk melawan misionaris, sehingga salah satunya adalah dengan membuat benteng pertahanan kaum muslimin berupa lembaga pendidikan pesantren yang salah satunya di gagas oleh Kyai Haji Hasyim Asy’ari, sehingga dari lembaga pendidikan tersebut lahirlah pejuang-pejuang islam dengan semangat jihad didalam melawan penjajah.

Sehingga dari sini menjadi refleksi kita bersama, lembaga pendidikan yang dibangun dimasa penjajahan mampu melahirkan generasi pejuang. Bagaimana dengan kita saat ini disaat indonesia sudah merdeka dan kita sebagai para penyelenggara lembaga pendidikan mampu melahirkan generasi-generasi pejuang seperti dizaman penjajahan?

Dan selaku Narasumber didalam seminar adalah beliau Dr. Moh. Isa Anshori, beliau menjelaskan runtutan sejarah berdasarkan fakta dan dikuatkan dengan literatur-literatur yang kompeten dari semenjak zaman Khulafaur Rosyidin sampai masuknya islam ditanah nusantara, dan didalam penyampaian beliau ada hal yang sangat menarik ketika kisah raja cermin datang ke pulau jawa untuk mendakwahkan islam kepada dinasti kerajaan majapahit yaitu raja angga wijaya yang mana kerajaan majapahit ketika itu adalah menganut kepercayaan hindu, Diceritakan Raja Cermin datang ke Kerajaan Majapahit bersama putri, saudara, dan pembesar kerajaan. Tujuannya untuk mengislamkan Raja Angga Wijaya dan menikahkan putrinya dengan raja Majapahit itu.

Disebutkan ibukota Majapahit berada di Jenggala. Sebelum ke ibukota, singgah dulu ke tempat pamannya, yaitu Maulana Malik Ibrahim atau yang dikenal dengan sunan gresik,  di Leran. Di sini raja cermin mendirikan masjid dan mengajak masyarakat setempat masuk Islam.

Setelah itu Raja Cermin mengutus putranya, Muhammad Sidik, ke ibukota Jenggala, memberitahu kedatangannya kepada Raja Angga Wijaya dan meminta izin bertemu.

Tak lama kemudian rombongan Raja Cermin berjumlah 40 orang berangkat. Raja Majapahit menerima di luar kota dengan mendirikan tenda mewah dan layanan meriah untuk tamunya. Penyambutan di luar ibukota ini mungkin karena Jenggala jauh di pedalaman.  

Raja Cermin memberi hadiah buah delima satu keranjang. Ia ingin mengetes dan juga mengetahui sikap Raja Angga Wijaya saat menerima hadiah itu. Dalam diplomasi itu Raja Cermin mengenalkan Islam dan mengajaknya masuk ke agama ini.

Raja Angga Wijaya menerima hadiah itu dengan perasaan mencibir dan merendahkan. ”Hadiah raja jauh-jauh dari seberang kok hanya buah delima, apa dipikir di Jawa tidak ada buah seperti ini.”

Raja Cermin menangkap perasaan dan sikap Raja Angga Wijaya. Maka dia memutuskan segera mengakhiri pertemuan itu untuk kembali ke Leran. Hanya kerabatnya Maulana Mahdar bin Ibrahim yang diminta tinggal menemani raja.

Setelah tamunya pergi, Raja Wijaya merasakan kepalanya pening lalu beristirahat. Diambilnya satu buah delima di keranjang hadiah. Lalu dibelah ingin menikmati buah itu. Alangkah terkejutnya dia tatkala melihat biji delima ternyata berupa intan permata dan juga emas yang berkilauan.

Dia segera menyadari kebesaran, kemuliaan, dan kekayaan Raja Cermin. Dia perintahkan Maulana Mahdar menyusul rajanya agar kembali menemuinya. Tapi Raja Cermin menolak.

Dari kisah ini kita bisa mengambil sebuah hikmah:

  • Islam masuk ketanah nusantara dengan cara hikmah penuh dengan perdamaian sehingga jauh dari sifat arogansi dan juga peperangan
  • Dalam berdakwah bukan sekedar mengajak akan tetapi juga perlu didalam bimbingan sehari-hari yang ini dilakukan oleh raja cermin ketika datan kepada raja angga wijaya selaku raja majapahit untuk masuk islam dan jika mau masuk islam maka akan dinikahkan dengan putrinya raja cermin, tentunya putri raja cermin bukanlah sembarang orang melainkan adalah seorang yang faham betul tentang agama sehingga harapannya ketika menikah nanti akan bisa menjaji pembimbing permaisuri dan juga para kaum wanita dikerajaan majapahit

 

Itaque quidem optio quia voluptatibus dolorem dolor. Modi eum sed possimus accusantium. Quas repellat voluptatem officia numquam sint aspernatur voluptas. Esse et accusantium ut unde voluptas.