PENYEBAB HILANGGNYA SIMPATI ORANG LAIN

 

PENYEBAB HILANGGNYA SIMPATI ORANG LAIN

Oleh : K.H. Sartono Munadi

Sebuah kebaikan, memang lebih baik jika dilakukan tanpa diketahui oleh orang lain. Orang yang ikhlas pada saat kesendiriannya itu justru ia banyak berbuat, banyak beramal, dia tidak ingin pamrih ini dan pamrih itu karena yang dicari adalah ridhonya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ada istilah menarik tentang hal ini yang disampaikan oleh Abdul Qadir Al Kailani. Ia mengistilahkan dengan kalimat “asshumtu sindan”, yang berarti “diamnya rayap”.

Kita ketahui binatang rayap yang hampir tak pernah berhenti memakan kayu untuk membangun rumahnya. Rayap bekerja siang malam nyaris tanpa suara dan tak pernah berhenti. Pekerjaan yang dilakukan rayap, menurut Abdul Qadir Al Kailani, mengajarkakan kita bagaimana sikap gigih dan keseriusan bekerja serta melakukan banyak perubahan tanpa peduli apakah pekerjaannya itu diketahui orang lain ataupun tidak.

Tetapi kadang kita temukan orang yang kelihatannya banyak aktifitas dan sebagainya tapi pada saat diam kesendiriannya kadang justru malah berbuat maksiat kepada Allah. Merasa tidak ada yang tahu dan merasa tidak ada yang mengawasi.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam  pernah menceritakan tentang perkara ini,

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ :” : لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا “»قَالَ ثَوْبَانُ, “: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ ” . قَالَ, “ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا” »

Dari Tsauban, dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245.)

Al imam Ibnu jauzi didalam kitab shoidul khotir pernah mengatakan,

فَمَن أصلَح سَرِيرَتُه فَاحَ عَبِيرُ فَضلِه وعَبَقَتِ القُلوبُ بِنَشْرِ طِيبِه.فَاللَّهَ اللَّهَ فِي السَرائِر فَإنَّه مَا يَنفَعُ مَع فَسَادِهَا صَلاحُ ظَاهِر

“Barangsiapa membaikkan diri pada saat kesendiriannya, maka orang itu akan senantiasa semerbak aroma harum keutamaannya dan hati manusia akan bisa mencium dari kebaikan-kebaikannya. Demi Allah jagalah di saat kesendirianmu, sesunguhnya kebaikan yang tampak darimu tidak akan ada gunanya jika apa yang ada dalam batinmu itu rusak.”

Perlunya kita didalam menjaga ketulusan, keikhlasan, tidak pamrih dan sebagainya. Karena jika ada keikhlasan dan ketulusan sudah rusak, maka kebaikan yang tampak.   صلاح الظاهر   itu sudah tidak ada gunanya lagi. Sehingga orang-orang tidak akan menaruh simpati lagi kepadanya

Shahabat Abu Darda’ R.A mengatakan:

قال أبو الدرداء رضي الله عنه  إِنَّ الْعَبْدَ يَخْلُو بِمَعَاصِي اللَّهِ فَيُلْقِي اللَّهُ بُغْضَهُ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُ

“Seorang hamba ketika sendirian kemudian bermaksiat, maka bisa jadi Allah  meletakkan kemarahan-Nya didalam hati orang mukmin, sementara si ia tidak mengetahuinya.”

Waspadailah pujian yang bisa menurunkan kualitas hati meraba kekurangan dan aib yang ada pada diri sendiri.

 

(Alih Bahasa Oleh redaksi)

DOWNLOAD MATERI DISINI

Itaque quidem optio quia voluptatibus dolorem dolor. Modi eum sed possimus accusantium. Quas repellat voluptatem officia numquam sint aspernatur voluptas. Esse et accusantium ut unde voluptas.